Mengabdi di Ujung Karimunjawa: Kisah Angger Bagus Iswanto, Guru Muda di Pulau Genting

Kisah Perjuangan Guru di Pedalaman

Berita, Pendidikan100 Dilihat

JURANEWS.ID, PULAU GENTING  – Hidup jauh dari keluarga, akses transportasi yang terbatas, hingga fasilitas kesehatan yang serba minim, tak menyurutkan tekad Angger Bagus Iswanto (28) untuk tetap mengabdi sebagai guru di Pulau Genting, Karimunjawa.

Lulusan tes PPPK tahun 2021 ini resmi bertugas di SD Negeri 5 Karimunjawa sejak Agustus 2023. Sekolah itu terletak di Dukuh Genting, Desa Karimunjawa, Kecamatan Karimunjawa, tepat di pulau kecil yang hanya bisa dicapai dengan menumpang kapal warga.

“Saya jalani saja. Selain sudah diterima, saya juga ingin punya pengalaman selagi masih muda,” tutur Angger saat ditemui di rumah dinas guru.

Suka dan Duka Mengajar di Pulau

Bagi Angger, ada banyak hal yang membuatnya betah tinggal di Pulau Genting. Murid-murid di sana masih menjunjung sopan santun dan tata krama khas masyarakat Jawa.

Tak hanya itu, keberadaannya sebagai guru juga disambut hangat oleh warga.

“Kalau ada acara masyarakat, guru selalu dilibatkan, bahkan sering diberi hasil laut. Itu membuat kami merasa dihargai,” ungkapnya.

Namun, duka juga tak bisa dihindari. Salah satunya soal transportasi. Berbeda dengan pulau lain yang punya kapal reguler, Pulau Genting hanya mengandalkan perahu milik warga.

Jika beruntung, ia bisa menumpang dengan ongkos Rp30–50 ribu. Tetapi bila terpaksa menyewa perahu, biayanya bisa mencapai Rp500–600 ribu sekali jalan.

Kesulitan lain adalah soal kesehatan. Puskesmas pembantu hanya dijaga bidan sekitar seminggu setiap bulan.

Jika ada warga sakit berat, harus menunggu cuaca laut bersahabat untuk bisa menyeberang ke Karimunjawa atau Jepara.

“Saya pernah sakit usus buntu. Karena cuaca buruk, operasi baru bisa dilakukan setelah menunggu berhari-hari,” kenangnya.

Hidup di Tengah Keterbatasan

Angger tinggal di rumah dinas bersama tiga guru lain. Untuk kebutuhan sehari-hari, hanya ada dua warung sembako.

Sayuran jarang tersedia, sedangkan lauk ikan biasanya diperoleh dari pemberian warga.

SD Negeri 5 Karimunjawa sendiri memiliki 37 siswa dengan enam kelas.

Tenaga pendidiknya terdiri dari lima ASN, dua guru tidak tetap (GTT), serta satu kepala sekolah.

Meski kondisi geografis Pulau Genting lebih terisolasi dibanding pulau lain, guru di sana belum mendapat tunjangan khusus daerah terpencil.

Padahal, biaya hidup jauh lebih tinggi dibandingkan Jepara.

Harapan untuk Pemerintah

Di balik semua keterbatasan itu, Angger tetap menaruh harapan. Ia ingin pemerintah lebih memperhatikan kebutuhan masyarakat dan tenaga pendidik di Pulau Genting.

“Minimal ada tunjangan transportasi dan peningkatan fasilitas kesehatan. Itu sangat membantu,” ujarnya.

Bagi Angger, mengajar di Pulau Genting bukan sekadar profesi, tapi juga pengabdian.

Meski jauh dari hiruk-pikuk kota, ia menemukan arti kebersamaan, keikhlasan, dan ketulusan dalam mendidik generasi muda di pulau kecil nan terpencil.

(*)

Komentar